Industri manga telah mengalami transformasi besar dalam beberapa dekade terakhir. Salah satu perubahan signifikan adalah semakin mudahnya akses membaca manga secara online. Kemudahan ini memungkinkan pembaca baru maupun lama untuk menikmati berbagai judul manga kapan saja dan di mana saja. Namun, di balik perkembangan tersebut, muncul tantangan besar bagi industri manga yakni pembajakan.
Pembajakan manga secara online semakin marak dan berdampak serius terhadap aspek finansial industri, mulai dari penerbit hingga para mangaka. Jika tidak ditangani, hal ini berpotensi memicu krisis mangaka di Jepang di masa mendatang. Salah satu langkah penting untuk mencegah hal tersebut adalah dengan menindak tegas pembajakan manga online yang semakin aktif dan merugikan.
Baru-baru ini, komunitas manga internasional dikejutkan oleh penurunan besar-besaran konten dari salah satu situs pemindaian manga terbesar dan paling mudah diakses. Setelah adanya gelombang penghapusan berdasarkan DMCA pada tanggal 14 Mei, situs tersebut kehilangan ratusan judul dan chapter jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Insiden ini memunculkan kekhawatiran terkait masa depan distribusi manga digital dan membuka diskusi mengenai etika, perlindungan hak cipta, dan cara menyediakan akses legal yang tetap ramah pengguna.
Situs yang dimaksud adalah MangaDex, sebuah platform scanlation tempat pengguna dapat mengunggah terjemahan buatan penggemar dari manga Jepang, manhwa Korea, manhua Cina, dan komik Asia lainnya. MangaDex melarang unggahan terjemahan resmi dan kerap menjadi sorotan karena pelanggaran hak cipta serta keterbukaannya terhadap pengunggah pihak ketiga yang menyembunyikan konten di balik paywall atau merilis versi lebih awal dari jadwal resmi.
Seorang super moderator dari forum MangaDex menyebut bahwa ini adalah “pertama kalinya penghapusan konten terjadi dalam skala sebesar ini.” Pernyataan ini muncul tak lama setelah MangaDex memperbarui kebijakannya untuk menindak kelompok penerjemah yang dianggap terlalu berorientasi pada keuntungan dari konten ilegal. Saat ditanya apakah penghapusan massal ini berkaitan langsung dengan kebijakan baru tersebut, moderator memilih untuk tidak memberikan jawaban tegas.
Tak lama sebelum itu, Reaper Scans salah satu situs pemindaian populer lainnya mengumumkan penutupan layanannya setelah menerima surat Cease & Desist dari Kakao Entertainment. Reaper Scans tercatat menerima lebih dari 36 juta kunjungan dalam tiga bulan terakhir menurut data Similarweb. Dampak dari gangguan pada MangaDex bahkan diperkirakan akan lebih besar, dengan 68,8 juta kunjungan hanya pada bulan April, dan total 188,5 juta kunjungan dalam tiga bulan terakhir.
Meskipun selama ini MangaDex mematuhi penghapusan berdasarkan DMCA dan berupaya tidak mempublikasikan terjemahan resmi, skala penindakan kali ini sangat luar biasa. Uniknya, aksi ini tidak hanya menargetkan manga yang sudah berlisensi, tapi juga manga yang belum memiliki lisensi resmi dalam bahasa Inggris maupun bahasa asing lainnya.
Hal ini menimbulkan persoalan tersendiri, terutama karena banyak judul manga terutama dari genre shoujo dan josei masih jarang mendapatkan lisensi resmi. Akibatnya, penghapusan dari situs seperti MangaDex membuat banyak penggemar kehilangan satu-satunya akses mereka untuk membaca karya-karya tersebut. Meski situs lain masih mengambil konten dari MangaDex, insiden ini bisa menjadi awal dari gelombang penindakan lebih besar terhadap situs-situs scanlation di masa mendatang.