Inspirasi Awal Thunderbolts: Mirip Die Hard? Ini Faktanya!

Salah satu faktor kesuksesan Marvel Studios dalam membangun semestanya, yaitu Marvel Cinematic Universe (MCU), selama lebih dari satu dekade adalah kemampuannya menghadirkan film-film tim superhero yang ikonik. Seri Avengers meraih kesuksesan luar biasa, dan bahkan Guardians of the Galaxy yang awalnya tidak dikenal banyak orang berhasil mencuri hati penonton, termasuk mereka yang tidak mengikuti Marvel. Film-film tersebut menjadi bukti bahwa Marvel mampu menghadirkan kisah yang disukai oleh berbagai kalangan.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, formula itu tampaknya mulai kehilangan daya magisnya. Salah satu contohnya adalah The Marvels yang gagal total, baik dari sisi pendapatan maupun ulasan, serta mendapat kritik tajam terhadap kualitas akhirnya. Meskipun begitu, Marvel Studios tidak menyerah. Mereka tetap berkomitmen membuat film-film bertema tim gabungan superhero.

Film terbaru Thunderbolts* menjadi bukti semangat tersebut. Marvel tampaknya sangat menyukai konsep film tim gabungan, seperti yang ditunjukkan dalam saga Avengers. Film Deadpool & Wolverine yang penuh gaya nyeleneh justru berhasil meraih pendapatan besar dan mencetak rekor. Namun, kejutan terbesar dalam sejarah MCU tetaplah Guardians of the Galaxy sekelompok karakter buangan luar angkasa yang sukses melahirkan trilogi yang masih dianggap salah satu yang terbaik.

Keseruan dari film-film seperti ini terletak pada dinamika antar karakter, terutama mereka yang sebelumnya tak dikenal. Guardians adalah para underdog yang berhasil menonjol di antara jajaran karakter besar Marvel. Tantangan serupa kini dihadapi oleh Thunderbolts*, yang menghadirkan sejumlah anti-hero dari film dan serial seperti The Falcon and the Winter Soldier, Black Widow, dan Ant-Man and the Wasp. Film ini bisa dibilang adalah versi Marvel dari Suicide Squad-nya DC.

Thunderbolts* berpotensi menjadi titik balik MCU yang sempat mengalami masa kegelapan. Film ini diperkuat oleh aktor-aktor berbakat seperti Florence Pugh, David Harbour, Sebastian Stan, dan Wyatt Russell. Reaksi awal terhadap penayangan film ini memberikan kesan bahwa Marvel mungkin kembali ke jalur yang benar bahkan bisa dibilang menemukan kembali kejayaannya.

Menariknya, salah satu versi awal naskah film ini disebut memiliki kemiripan dengan film aksi legendaris Bruce Willis, Die Hard. Dikutip dari GamesRadar, sang sutradara Jake Schreier mengungkapkan:

“Saat [penulis naskah] Eric Pearson menulisnya bersama Brian Chapek, saya pikir salah satu versi awalnya semacam seperti Die Hard. Semuanya akan terjadi di dalam sebuah brankas, dan mereka mencoba keluar dari sana itu akan jadi sesuatu yang keren. Jadi saya pikir, dalam DNA film ini, dari awal memang terasa lebih terkonsentrasi.”

Walaupun detail cerita masih dirahasiakan, materi promosi menunjukkan bahwa banyak karakter dalam Thunderbolts* akan diperkenalkan di dalam sebuah brankas di menara Avengers yang telah dimodifikasi. Kini menara tersebut dimiliki oleh Contessa Valentina Allegra de la Fontaine (diperankan oleh Julia Louis-Dreyfus), dan telah berganti nama menjadi Watchtower.

Bisa dibayangkan jika elemen khas Die Hard benar-benar diadopsi, Watchtower akan menjadi seperti karakter tersendiri dalam film ini sebuah arena vertikal di mana para anti-hero harus bertarung menaiki gedung demi menghadapi ancaman di puncaknya dan hal tersebut menjadi hal menarik di balik layar film Thunderbolts.

Thunderbolts* bukan sekadar film baru dalam semesta Marvel, tetapi juga sebuah peluang untuk membuktikan bahwa Marvel Studios masih mampu mengejutkan penonton dengan formula yang segar dan berani. Dengan pendekatan cerita yang lebih fokus, elemen-elemen kejutan seperti inspirasi dari Die Hard, serta jajaran karakter anti-hero yang penuh potensi, film ini bisa menjadi awal kebangkitan MCU setelah masa-masa yang kurang memuaskan. Jika berhasil, Thunderbolts* bisa jadi pembuka jalan bagi era baru Marvel yang lebih berani, namun tetap menghibur.

Baca Juga
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال