Perjanjian Unik Ryan Coogler dan Warner Bros pada Film Sinners

Film horor terbaru karya Ryan Coogler berjudul Sinners berhasil membuat penonton ketakutan sekaligus menuai respons positif. Namun, film ini bukan hanya mengejutkan dari sisi cerita Sinners juga membuat studio-studio film merasa khawatir,hal tersebut di sebabkan oleh sebuah kesepakatan unik di balik layar antara Ryan Coogler dan Warner Bros yang berpotensi mengguncang industri perfilman global.

Tiga tahun setelah Warner Bros mengejutkan dunia dengan pemangkasan anggaran besar-besaran dan gelombang PHK usai merger dengan Discovery, kini studio tersebut kembali menjadi sorotan. Kali ini, penyebabnya adalah perjanjian yang unik antara mereka dan Coogler. Pada tahun 2022, Warner Bros sempat dicap sebagai studio yang mengabaikan aktor dan pembuat film karena mengubur proyek-proyek sebelum dirilis. Kini, mereka mencoba memperbaiki citra dengan menyetujui hampir semua permintaan Coogler untuk Sinners.

Namun, keputusan itu bukan tanpa risiko. Salah satu klausul yang paling kontroversial adalah bahwa Coogler akan memiliki kontrol akhir atas versi final film, menerima pembayaran sejak film mulai meraup pendapatan, dan yang paling mengejutkan: mendapatkan kembali hak kepemilikan film 25 tahun setelah dirilis. Para eksekutif industri menyebut hal ini sebagai ancaman serius. Tanpa kepemilikan jangka panjang atas film-film mereka, studio bisa kehilangan aset penting untuk katalog mereka, yang selama ini menjadi salah satu sumber pemasukan berkelanjutan.

Meskipun terdengar radikal, kesepakatan semacam ini bukan yang pertama. Sutradara besar seperti Quentin Tarantino, Peter Jackson, Richard Linklater, hingga Mel Gibson juga pernah memiliki hak atas film yang mereka sutradarai atau produseri. Namun, keputusan Warner Bros untuk menyetujui permintaan Coogler menunjukkan upaya mereka dalam memperbaiki hubungan dengan para pembuat film, setelah sebelumnya mengalami krisis kepercayaan.

Dalam wawancara dengan Business Insider, Coogler menjelaskan bahwa ia tidak berniat menjadikan klausul tersebut sebagai standar untuk semua proyeknya. Sinners adalah film yang sangat personal baginya. Ia menganggap penting bagi seorang sutradara kulit hitam untuk memiliki film yang mengangkat kepemilikan oleh orang kulit hitam. Film ini bercerita tentang dua saudara laki-laki kulit hitam yang berjuang menjadi pemilik klub di Mississippi pada era Jim Crow, dan juga merupakan bentuk penghormatan kepada pamannya, James, yang mencintai musik blues.

Kesepakatan ini bisa menjadi pembuka jalan bagi lebih banyak pembuat film yang ingin memperjuangkan hak kepemilikan. Namun, bukan berarti semua studio akan menyetujui permintaan serupa dengan mudah. Dan bukan pula berarti semua pembuat film akan menuntut hak yang sama. Tapi satu hal jelas Sinners tidak hanya mencetak prestasi di layar, tapi juga menandai momen penting dalam sejarah negosiasi antara pembuat film dan studio besar.

Baca Juga
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال