Perkembangan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan semakin pesat dalam beberapa tahun terakhir, berdampak pada berbagai sektor, termasuk industri kreatif. Sebagai salah satu industri yang berkembang pesat di era digitalisasi, sektor ini mulai mengadopsi AI untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional.
Industri anime menjadi salah satu sektor kreatif yang terdampak oleh perkembangan AI. Dalam beberapa tahun terakhir, anime semakin populer sebagai hiburan global, didukung oleh layanan streaming berbayar seperti Netflix. Besarnya pasar anime mendorong perusahaan-perusahaan streaming untuk mengadaptasi teknologi AI, salah satunya dalam mempercepat distribusi konten. Netflix, misalnya, telah memulai langkah awal dalam mengintegrasikan AI untuk meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi anime.
Netflix berinvestasi besar dalam kecerdasan buatan, sebuah langkah yang berpotensi mempengaruhi industri pengisi suara anime di seluruh dunia. Baru-baru ini, raksasa streaming tersebut membuka lowongan pekerjaan untuk posisi Research Scientist di bidang lokalisasi dalam tim Globalization Data Science and Engineering. Posisi ini menawarkan gaji antara $170.000 hingga $720.000 per tahun dan berbasis di kantor Los Gatos, California.
Tim ini bertanggung jawab untuk menghilangkan hambatan bahasa serta menerjemahkan dan menyesuaikan aspek budaya dalam interaksi pengguna, termasuk subtitle, dubbing, dan antarmuka pengguna. Menurut deskripsi resmi pekerjaan dari Netflix, karyawan baru ini akan mengembangkan teknologi suara generatif dengan algoritma canggih yang dapat meniru suara serta emosi manusia untuk menghasilkan sulih suara (dubbing) dan subtitle berkualitas tinggi.
Teknologi yang dikembangkan mencakup sintesis suara AI dan kloning suara, yang memungkinkan pencocokan dialog dengan pergerakan bibir aktor di layar secara lebih presisi. Investasi ini menunjukkan niat Netflix untuk menyederhanakan dan mempercepat proses lokalisasi konten, mengurangi biaya produksi, serta memastikan kualitas suara yang konsisten dalam berbagai bahasa. Bagi industri anime, yang memiliki basis penonton internasional yang besar, otomatisasi ini dapat mengubah cara dubbing dilakukan.
Dampaknya terhadap pengisi suara manusia bisa sangat besar. Dengan otomatisasi dalam dubbing, kebutuhan akan pengisi suara manusia dapat berkurang. Analisis terbaru menunjukkan adanya risiko pengurangan pekerjaan, terutama untuk peran dubbing standar, seiring meningkatnya kemampuan teknologi suara AI. Meskipun AI saat ini masih kesulitan menangkap nuansa ekspresi yang dihargai oleh para penggemar, kesenjangan ini semakin menyempit.
Netflix bukan satu-satunya perusahaan yang bereksperimen dengan teknologi AI dalam dubbing. Amazon Prime Video, misalnya, telah mulai menguji sistem dubbing berbasis AI sejak awal 2025 dengan metode hybrid. Dalam metode ini, AI menghasilkan trek suara awal yang kemudian diperbaiki oleh pengisi suara manusia. Salah satu pengujian mereka adalah dubbing film Elsid Laenda ke dalam bahasa Inggris dan Spanyol Amerika Latin, yang menunjukkan meningkatnya minat industri terhadap solusi AI.
Kesimpulannya, meskipun AI menawarkan efisiensi dalam produksi dan distribusi anime, teknologi ini juga membawa tantangan besar bagi pengisi suara manusia. Perkembangan AI dalam industri kreatif terus berlanjut, dan masa depan para pekerja di sektor ini akan sangat bergantung pada bagaimana teknologi ini diadaptasi dan diatur.